Minggu, 11 Desember 2011

Kisah ku : di Sini Aku Berasal Part 1

hmm... saya berharap anda tidak bosan membaca sebuah kisah tentang biografi sesorang.

Biasanya sih cerita biografi 3 kondisi. Pertama berasal dari keluarga miskin dan tragis, kedua berasal dari keluarga sederhana biasa-biasa aja atau ketiga berasal dari keluarga yang sudah terlanjur kaya wkwk..

Baik saya akan menceritakan kisah hidup saya dari point "0" .

Pulau Rimau. mungkin belum ada yang tahu di mana daerah ini ?, tapi kabar baiknya adalah daerah ini sudah masuk peta Indonesia dan Google Map hehe..baik saya berasal dari daerah transmigrasi program pak soeharto tempo dulu. Saya lahir dan di besarkan oleh orang-orang luar biasa yaitu Ayahanda Sugito dan Ibunda Suharni. saya lahir 3 bulan setelah Gerhana Matahari di tahun 1990. saya lahir di desa sumber mukti, kecamatan pulau rimau kabupaten Banyuasin (dahulu musi banyuasin), sumatera selatan.




Kawan - kawan pastilah tahu bagaimana nasib orang-orang transmigrasi ditahun pertama tentunya. Kedua orang tua saya di pindahkan tugas untuk mengajar SD dari Kabupaten Sekayu ke SD daerah pulau rimau. Pemindahan Tugas pada waktu itu tidak seperti saat ini , dimana saat ini lokasi dan tempat tinggal sudah pasti namun ketika era itu tahun 1988, kedua orang tua saya di pindahkan tugas tanpa tujuan yang jelas, ketika sampai di daerah yang dahulu di sebut selat kuningan di primer 2 yaitu desa sumber mukti yang kini menjadi domisili kami. kedua orang tua saya di hadapkan sebuah daerah yang tidak ada sekolahanya, tidak ada yang dikenal untuk di singahi rumahnya. Akhirnya kedua orang tua saya dimana ibu saya tengah hamil tua (kakak saya) sampai di lokasi yang di tunjuk akhirnya memberanikan diri untuk menumpang disalah satu rumah kosong dimana rumah tersebut 2hari yang lalu usai digunakan menumpuk 30 jenazah korban kecelakaan Perahu air. bau amis dan bangkai masih pekat namun tiada daya lagi untuk tidak menerima kondisi tersebut. dilain hari akhirnya kedua orang tua saya bertemu dengan orang suku bugis (sulawesi selatan) bernama Bapak Alak, beliau menampung keluarga kami sementara, keluarga kami dan keluarg pak alak saling berbagi rumah, berbagi makanan , berbagi susu (kebetulan kakak saya baru lahir dan bapak alak memiliki anak kecil yang seumuran) . Alhamdulillah beberapa bulan terlampaui orang tua saya memtuskan untuk membeli rumah, walaupun kondisi perekonomian sama - sama sulit akhirnya ibu saya menjual kalungnya untuk membeli rumah seharga Rp. 165.000,- tahun 1989

ditahun yang sama ketika keluarga kami di pindahkan , akhirnya Bapak saya memutuskan untuk memulai mendirikan sekolah sendiri di bangunan rapuh tanpa atap dan dinding ruangan yang berlumbang serta lantai kayu yang paku nya sudah mulai lepas, bangunan pangung ini adalah bekas bangunan Puskesmas yang sudah rusak dan tidak terpakai, ketika hujan belajar mengajar pun di hentikan dan berteduh . di tahun 1990 akhirnya keluarga kami  memperoleh karunia anak dari tuhan yaitu saya. saya tumbuh berkembang di daerah tersebut, bapak saya terpaksa tidak mengajar karena gaji dari pemerintah tidak mencukupi kehidupan , di sela waktu bapak saya pergi kehutan guna membalok(mencari kayu besar), membawa kayu gelam yang ukuran besar menyertnya dari hutan melalui rawa tidak jarang bapak saya harus menempuh waktu 3hari-6hari menyusuri rawa untuk mengambil dan membawa kayu gelam lewat rawa dan menuju sungai. Bapak saya merelakan tidak merokok demi membeli susu anak-anaknya, terkadang Ibu dan Bapak merelakan uang belanjanya untuk menyenangkan kami beli mainan dan rela makan nasi dan kakung belakang rumah, salah satu makan mewah kami adalah sarimi dan telur, Ibu selalu memasak sebungkus sarimi untuk kami berlima, mengoreng satu butir telur dan dipotong jadi empat untuk makan Kakak pertama saya, kakak kedua saya, Bapak saya dan saya, Ibu kami rela makan nasi dengan sarimi dan sarimi itu hanya satu bungkus di bagi berlima.

Tahun 1992 , Bapak bupati Musi Banyuasin kala itu datang ke daerah kami untuk menyaksikan panen raya (panen padi)  di daerah kami, Bapak saya dengan nekat masuk di kerumunan orang banyak dan menemui Bapak bupati untuk memperkenalkan diri dan memohon ke Bapak bupati untuk membangunkan sebuah sekolah yang layak untuk daerah kami. Bapak bupati yang melihat sekolah yang di jadikan tempat mengajar oleh Bapak saya, akhirnya tak berapa lama mengkabulkan membangun sekolah tersebut di RT 16, RW 7, Dusun IV, Sumber Mukti. 300 meter dari rumah kami. Sekolah Dasar tersebut bernama SD Negeri 2 Sumber Mukti, Selat kuningan III, Pulau Rimau yang kini bernama SD Negeri 15 Pulau Rimau, Bapak dan Ibu saya berusaha memajukan sekolah tersebut dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya sekolah akhirnya sekolah tersebut menjadi salah satu sekolah favorit di desa kami bahkan tidak sedikit masyarakat dari desa lain menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah kami walau jaraknya bisa lebih dari 10Km menempuh jalan kaki dan melewati hutan. Sekolah inilah tempat saya menuntut ilmu di tahun 1996.


SDN 2 Sumber Mukti, Selat Kuningan III

Kini Menjadi SDN 15 Pulau Rimau

1 komentar:

  • Anonim says:
    22 September 2013 pukul 03.59

    kenangan yang tak mungkin di lupakan pulau rimauku, salam kenal maz dari blogger pemula asal pulau rimau.

Posting Komentar