Sabtu, 17 Desember 2011

Visit Pulau Rimau

Pulau Rimau?
Saya yakin tidak banyak orang yang mengetahui adanya daerah ini. Pulau Rimau adalah tempat kelahiran saya , dimana di sinilah saya untuk pertma kalinya merasakan detik pertama saya bernafas. Saya terlahir di tahun 1990 , di masa bapak Presiden Soeharto. Pulau Rimau merupakan salah satu dari berbagai lokasi transmigrasi pemerintah. di Pulau Rimau ini pula saya di didik dan di besarkan oleh orang - orang luar biasa yaitu Ibu dan Bapak saya, serta orang-orang terdekat saya, jika saya boleh berkomentar sesunguhnya pulau rimau adalah tempat kawah candra dimuka, karena apa yang saya alami dan saya jalani di Pulau Rimau adalah sebuah tahapan menata dan membentuk saya menjadi orang yang siap fighter, sehingga ketika di Yogyakarta saya dapat lebih menjalani dengan penuh kesyukuran.

Baik akan saya perkenalkan daerah kelahiran saya Pulau Rimau.
Pulau Rimau Merupakan salah satu daerah Transmigrasi di masa pak Soeharto yang berada tepat di Sumatera Selatan, dahulu pulau rimau salah satu kecamatan di kabupaten Musi Banyuasin namun sejak tahun 2004 , Pulau Rimau terdaftar sebagai bagian dari kabupaten Banyuasin berpisah dengan kabupaten Musi Banyuasin.
Pulau Rimau merupakan salah satu kecamatan yang memiliki wilayah yang luas dan memilik 27 Desa, dimana di pulau rimau dahulu di bagi menjadi selat kuningan, namun setelah banyuasin melakukan pemekaran wilayah menjadi kabupaten akhirnya istilah selat kuningan sudah tidak lagi digunakan, pembagian wilayah saat ini di bagi dengan batasan desa namun beberapa daerah di bagi dengan kata primer dan terdapat 3 primer, satu primer mencakup 2 hingga tiga desa. Desa kelahiran saya berada di Desa Sumber mukti ,primer 2. Jika di pulau jawa kita mengenal kata-kata RT dan RW namun di daerah dengan pembagian primer kata RT /Rw di ganti menjadi kata jalur karena bentuk daerah kami yang kotak-kotak atau terdiri dari lajur-lajur memanjang. dalam satu desa terdiri dari 20 - 23 jalur atau RT, dimana tiap desa memiliki 5 - 6 dusun/padukuhan.

Mata Pencaharian :
Pada awal daerah ini menjadi lahan transmigrasi, mata pencaharian masyarakat adalah bertani padi, membalok kayu, berkebun sayuran, jagung. masyarakat pada umumnya hanya bisa mengandalkan bertani satu kali dalam satu tahun, dan ketika masa panen hasil panen di gunakan untuk membiayai kehidupan selama satu tahun.

Namun pada tahun 2001 saat pemilihan DPD, seorang pengusaha sekaligus politikus muda memperkenalkan sebuah perubahan mata pencaharian yaitu dengan berkebun kelapa sawit yang bisa tumbuh subur di daerah kami, Bapak saya dan beberapa masyarakat yang yakin atas informasi yang di sampaikan tersebut akhirnya mencoba untuk menanami beberapa kebun dengan tanaman sawit. Tanaman sawit bukan lah tanaman yang cepat tumbuh dan berbuah membutuhkan 3-4 tahun untuk berbuah pasir. Perekonomian masyarakat kami akhirnya berubah derastis ketika semua orang menyadari bahwa kelapa sawit dapat tumbuh subur di  daerah kami. perubahan dari pertanian menjadi lingkungan berkebun sawit merubah kondisi ekonomi. Kegiatan bertani padi tetap di jalankan namun beberapa lahan yang dimiliki di pergunakan untuk berkebun sawit. Selain kelapa sawit yang merambah, rumah walet pun begitu tenar walau pedagang-pedagang besar yang memilikinya. Merambahnya kesadaran masyarakat akan manfaat kelapa sawit memicu perkembangan ekonomi dan memicu berbagai perkembangan lainya termasuk munculnya jenis usaha baru dan berbagai hal-hal baru muncul termasuk gaya hidup (life style).











Jalan
kondisi tanah di pulau rimau adalah tanah gambut dan rawa, di pulau rimau tidak ada satu musim pun yang enak untuk transportasi sebab ketika musim hujan jalan yang masih tanah, sampai saat ini menjadi becek, dan ketika musim kemarau selain cuaca panas debu dijalan sangat tebal bahkan tidak jarang jarak pandang hanya 10 meter ketika jalan ramai.









Air (Musim Hujan dan Kemarau)
Ketika musim kemarau pulau rimau sangat kesulitan air, bahkan sungai dengan curah pasang hingga ketinggian air 20 meter, ketika musim kemarau, sungai surut hingga air sungai hanya bisa di lewati perahu kecil. Kesulitan air bersih pernah menyebabkan korban diare yang banyak dan pernah terjadi jumlah kematian yang tidak sedikit akibat diare ditahun 1980an. Jenis air di daerah ini adalah payao, dan air yang berwana coklat pekat dan asam nya tinggi bahkan agak lengket. Sumur Boor milik pemerintah sering tidak dapat di pergunakan, sehingga beberpa pedagang yang memiliki dana besar mereka berani menyedot dan membawa air bersih dari daerah yang cukup jauh 20 - 30 Km dan di bawa ke daerah kami kemudian dengan alat penyaring air atau mesin air isi ulang , air tersebut di jadikan air siap minum kemudian di jual dengan harga 8000/20liternya. (tahun 2011) dan untuk air mineral lokal sejenis aqua, alfa, club satu duss dapat mencapai 25-30ribu rupiah perkarton di musim kemaran (2011).

Ammin, salah satu pedagang air

Foto pencari Air saat Musim Kemarau


Kemarau
Dan ketika musim kemarau, masyarakat di untungkan karena udang-udang yang ada di sungai naik kepermukaan sungai sehinga banyak warga yang menjaring udang dan di jual di warung-warung. beberapa aktifitas menjaring udang oleh warga saya coba abadikan di kamera saya.

Masyarakat yang antusias menjaring udang















4 komentar:

  • Koko Miko says:
    16 November 2012 pukul 03.43

    http://tandacinta.com/

    wooh...dulu juga aku dari sana.

    http://tandacinta.com/

  • Unknown says:
    20 Juni 2018 pukul 21.20

    Tlg infonya plimer3 dong,soalnya masa kecilku dri situ,kata orang tua saya daya ingin tau kemajuannya

  • Abdul Rosyid says:
    8 November 2019 pukul 12.57

    Aku juga pernah tinggal di Pulau Rimau..
    Tepatnya di primer 2, RT 6 Unit 4 yg sekarang namanya Ds Wanamukti.. Sepertinya Ds Wanamukti sekarang kondisinya lebih maju.... Mungkin ada sahabat2 dr sana. Slm kenal dr sy

  • Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
    Abdul Rosyid says:
    8 November 2019 pukul 13.03

    Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar